CRUZER_FLEUR_RHYU
LAPORAN TUGAS-TUGAS
Jumat, 11 Oktober 2024
Jumat, 21 Juni 2024
pengalaman mengajar anak usia dini ABK (speech delay)
saya ada ank ABK di tahun 2023 dia masuk lembaga saya usia sudah 7th dia masuk siswa ABK karena dia speech delay, kami tetap memasukkan dikelas reguler, yang bertujuan agar anak ini tidak merasai didiskriminasikan, dibawah ini beberapa point yang sudah saya terapkan
1. Memahami Kebutuhan Unik Anak
Salah satu tantangan terbesar dalam mengajar ABK adalah memahami kebutuhan unik si anak. Setiap anak memiliki jenis dan tingkat kebutuhan khusus yang berbeda-beda. Hal ini membutuhkan observasi yang cermat dan komunikasi yang terbuka dengan orang tua maupun profesional terkait untuk memahami kebutuhan individual anak.
Pengalaman: Saya pernah mengajar seorang anak dengan speech delay yang memiliki kesulitan dalam komunikasi dan interaksi sosial. Melalui observasi dan komunikasi dengan orang tuanya, saya mengetahui bahwa anak tersebut lebih mudah memahami instruksi dalam bentuk visual. Oleh karena itu, saya mulai menggunakan gambar dan simbol dalam pembelajaran untuk membantunya memahami materi pelajaran.
2. Menyesuaikan Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang efektif untuk anak biasa mungkin tidak selalu cocok untuk ABK. Pendidik perlu kreatif dan fleksibel dalam menyesuaikan metode pembelajaran dengan kebutuhan individual setiap anak. Hal ini dapat melibatkan penggunaan berbagai media pembelajaran, modifikasi kurikulum, dan strategi pengajaran yang berbeda.
Pengalaman: anak ABK ini juga seorang anak dengan keterlambatan perkembangan motorik halus. Anak tersebut kesulitan dalam memegang pensil dan menulis. Oleh karena itu, saya mulai dengan memberinya kegiatan yang melatih motorik halus seperti bermain plastisin, menggambar dengan jari, dan meronce manik-manik. Setelah motorik halusnya semakin berkembang, barulah saya mulai mengenalkan kegiatan menulis dengan menggunakan pensil yang lebih besar dan latihan menulis yang lebih sederhana. menulis adalam hal ini bukan huruf namun seperti garis.
3. Menjalin Kerja Sama dengan Orang Tua dan Profesional Terkait
Kerja sama dengan orang tua dan profesional terkait sangat penting dalam keberhasilan pendidikan ABK. Orang tua dan profesional terkait dapat memberikan informasi yang berharga tentang kebutuhan anak dan membantu pendidik dalam mengembangkan program pembelajaran yang sesuai.
Pengalaman: Saya juga menerapkan metode bekerja sama untuk membantu seorang anak menyamakan pembelajaran yang dipakai oada anak ABK tersebut. agar anak tidak bingung dalam menyikapi semua pembelajaran yang diberikan kepadanya. anak juga jadi lebih mudah dalam meresap semua pembelajaran yang guru dan orang tua ajarkan.
4. Merayakan Kemajuan Sekecil Apapun
Kemajuan dalam belajar pada ABK seringkali terjadi secara bertahap dan membutuhkan waktu yang lama. Pendidik perlu bersabar dan fokus pada kemajuan sekecil apapun yang dicapai oleh anak. Hal ini dapat membantu anak untuk tetap termotivasi dan merasa percaya diri.
Pengalaman: untuk penerapan point 4 ini kepada ABK yang mengalami kesulitan dalam berbicara. Anak tersebut hanya bisa mengucapkan beberapa kata sederhana. Pada suatu hari, anak tersebut berhasil mengucapkan kalimat pertamanya. Hal ini merupakan pencapaian yang sangat membanggakan bagi anak tersebut dan saya sebagai pendidiknya. jadi anak akan merasakan disaat dia berhasil tidak hanya dia saja yang bahagia tapi ada guru dan orang tuanya juga yang bahagia dan bangga akan pencapaian yang dia capai.
5. Belajar dan Berkembang sebagai Pendidik
Mengajar ABK merupakan proses belajar yang tiada henti bagi saya. Setiap hari saya belajar hal-hal baru tentang kebutuhan dan karakteristik unik anak-anak. Hal ini membuat saya terus berkembang sebagai seorang pendidik dan menjadi lebih terampil dalam mengajar anak-anak dengan berbagai jenis karakter. dengan menghadapi anak ABK ini harapan saya bisa mendapatkan pengalaman lebih baik untuk menanganai anak ABK atau peserta didik biasa.
Pengalaman: Saya mendapatkan ilmu tentang ABK dikampus walaupun hanya secara umum saja. Namun Perkulihaan tersebut memberikan saya pengetahuan lain yang belum saya ketahui, saya jd memahami lebih dalam tentang perilaku dan kebutuhan ABK. Saya kemudian menerapkan strategi yang saya pelajari dalam pembelajaran di kelas dan melihat hasil yang positif pada ABK dikelas saya.
Untuk penanganan terlambat bicara si anak, saya dari awal sudah membiarkan ABK tetap 1 kelas dengan anak lainnya dan saya pasangkan dengan anak yang memang memiliki karakter suka ngobrol, bercerita, jadi selain dia belajar sosialisasi dengan anak - lain, dia sedikit demi sedikit akan terbawa bicara dan semakin banyak kosa kata yang diucapkannya.
Penilaian pada anak usia dini
Setiap anak memiliki karakter dan kepribadian yang unik. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk memahami pengalaman dan perilaku anak agar dapat memberikan pembelajaran yang tepat.
Penilaian terhadap anak usia dini berkebutuhan khusus (ABK) dilakukan untuk mengetahui tingkat perkembangan anak dalam berbagai aspek, seperti:
- Aspek Fisik Motorik: Kemampuan anak dalam bergerak dan mengendalikan tubuhnya.
- Aspek Kognitif: Kemampuan anak dalam berpikir, belajar, dan memecahkan masalah.
- Aspek Bahasa: Kemampuan anak dalam berkomunikasi dengan orang lain.
- Aspek Sosial Emosional: Kemampuan anak dalam bersosialisasi dengan orang lain dan mengelola emosinya.
- Aspek Seni: Kemampuan anak dalam mengekspresikan diri melalui seni.
Contoh Penilaian ABK harus dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan, dengan menggunakan berbagai metode dan alat penilaian yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Metode Penilaiannya
- Observasi: Mengamati perilaku anak dalam berbagai situasi, dari awal dia masuk.
- Wawancara: Sering kali mngajak ngobrol dengan anak, orang tua, dan tman dekatnya untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan ABK
- Tes: Memberikan tes kepada anak untuk mengukur kemampuannya dalam berbagai aspek.
- Portofolio: Mengumpulkan dokumentasi tentang perkembangan anak, seperti hasil karya, catatan harian, dan foto. Wlwpun tidak se sempurna anak yg lainnya.
Alat Penilaian:
- Skala Perkembangan: Alat penilaian yang digunakan untuk mengukur perkembangan anak dalam berbagai aspek.
- Daftar Periksa: Alat penilaian yang digunakan untuk mencatat apakah anak sudah mencapai kemampuan tertentu.
- Pedoman Observasi: Alat penilaian yang digunakan untuk mencatat perilaku anak dalam situasi tertentu.
Contoh Penilaian Berdasarkan Aspek Perkembangan:
Aspek Fisik Motorik:
- Kemampuan motorik kasar: Berjalan, berlari, melompat, memanjat, dan menendang bola.
- Kemampuan motorik halus: Menggenggam benda, mewarnai, menggambar, dan menulis.
Aspek Kognitif:
- Kemampuan memecahkan masalah: Menyelesaikan puzzle, mengikuti petunjuk, dan membuat keputusan.
- Kemampuan berpikir logis: Mengurutkan benda, memahami sebab akibat, dan menyelesaikan masalah matematika.
Aspek Bahasa:
- Kemampuan komunikasi: Berbicara, mendengarkan, dan memahami bahasa.
- Kemampuan kosakata: Mengetahui arti kata-kata dan menggunakannya dalam kalimat.
Aspek Sosial Emosional:
- Kemampuan bersosialisasi: Bermain dengan teman, berbagi, dan mengikuti aturan.
- Kemampuan mengelola emosi: Mengungkapkan emosi dengan tepat dan menyelesaikan konflik.
Aspek Seni:
- Kemampuan mengekspresikan diri: Menggambar, mewarnai, menyanyi, dan menari.
- Kemampuan berkreasi: Membuat karya seni dengan menggunakan berbagai bahan dan teknik.
Penilaian terhadap ABK harus digunakan untuk membantu anak mencapai potensinya yang maksimal. Hasil penilaian harus digunakan untuk menyusun program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak. Apa lagi untuk anak ABK kita sebagai guru harus tetap memberikan bimbingan khusus.
Senin, 01 Januari 2024
TUGAS PSIKOLOG PENDIDIKAN SEMSESTER 3
1. SINOPSIS FILM NEGERI 5 MENARA
Film di adaptasi dari novel karya
A. Fuadi tayang di Netflix mulai 14 Juli 2022. Film ini tayang pertama kali di bioskop
Indonesia pada 1 Maret 2012.
Kisah bermula pada pertengahan
tahun 1988. Kala itu Alif lulus SMP. Bersama sahabatnya, Randai, mereka
berharap bisa masuk SMA terkenal di Bukit Tinggi, lalu lanjut kuliah di ITB.
Namun Ibunya Alif menginginkan Alif untuk masuk ke Pondok Madani, sebuah
pesantren di sudut Ponorogo, Jawa Timur. Alif awalnya menolak karena dia
memiliki tujuannya sendiri. Namu setelah di nasehati oleh ayahnya akhirnya Alif
menuruti kemauan orangtuanya walau setengah hati. Sesampainya
di Pondok Madani, Alif melihat tempat barunya seperti kampung dan mirip
penjara. Hal ini salah satunya karena peraturan yang ketat dan keharusan ikut
kelas adaptasi setahun. Seiring berjalannya waktu, Alif mulai bersahabat
dengan teman-teman satu kamarnya. Ada Baso dari Gowa, Atang dari Bandung, Raja
dari Medan, Said dari Surabaya, dan Dulmajid dari Madura. Mereka berenam teman
satu kamar dan menamakan diri mereka Sahibul Menara alias para pemilik menara.
Suasana kian menghangat di kelas
pertama, saat Alif disentak oleh teriakan penuh semangat dari Ustadz Salman :
Man Jadda Wajada! Arti kata itu adalah: Siapa yang bersungguh-sungguh pasti
akan berhasil. Kalimat itu lah yang menambah motivasi keenam anak itu bermimpi.
Suatu sore, para Sahibul menara menatap awan dan bercita-cita untuk keluar
negeri.
Alif melihat benua Amerika di awan.
Raja menata Eropa, Atang melihat gambar benua Afrika. Dulmajid dan Said melihat
Indonesia. Sedang Baso, Asia. Man Jadda Wajada Alif bergeser: dari niat untuk
keluar dari pondok Madani, menjadi bersungguh-sungguh mengejar mimpi. Walaupun
ada masa Dimana Alif merasa hilang semangat saat ustadz Salman dan Baso pergi
dari pondok, dan menginginkan harapannya yang dulu, namun ucapan ibunya
membuatnya mendapatkan semangatnya Kembali.
Negeri 5 Menara
berada dalam arahan sutradara Affandi Abdul Rachman serta penulis naskah Salman
Aristo, Rino Sarjono, dan A. Fuadi. Para pemain yang bergabung di antaranya
Donny Alamsyah, Hardi Hartono, Lulu Tobing, Ikang Fawzi, David Chalik, dan
Andhika Pratama.
2.
Permasalahan
a.
Kesedihan seorang ibu yang
memikirkn pendidikan/sekolah agama yang hanya dijadikan tempat pembuangan anak-anak
Nakal
b.
Penolakan anaknya (alif) yang tak
mau masuk pesantren.
c.
Permasalahan selanjutnya sering
mati listrik dalam pondok mengganggu kegiatan santri.
d.
Santri yang dilarang menonton TV, tapi
mereka ingin menyaksikan pertandingan bulutangkis “Piala Tomas”.
e. Muncul lagi keinginnan awal alif untuk ke Bandung.
3.
Penyelesaian dan
hubngkan dengan pendekatan psikologi
a.
Sang ayah memberikan pengertian
pada sang anak bahwa ibu nya memiliki tujuan yang baik untuk orang lain bukan
hanya memikirkan keegoisan dirinya saja.
b.
Kemudian memberikan pemahaman dalam
mengambil Keputusan dan pandangan hidup menggunakan contoh real seperti yang
biasa dilihat anaknya, yaitu Tradisi jual beli hewan didesanya (Padang)
memiliki makna, kalau kau tidak akan tau jika kau belum menjalaninya, jika kau
sudah menjalani maka baru nanti akan tau mana yg paling baik untuk hidup kita.
c.
Pengajuan perbaikan genertor oleh santri
langsung ke kyai pemimpin pondok untuk memberikan alat-alat Generator yang sudah
rusak. Dan pak kyai pun memberikan arahan bahwasannya orang yang berani protes
dia pasti yang memiliki jalan keluar dari apa yang dia keluhkan.
d.
Mereka menyadarkan sang guru
asuhnya bahwasannya kegiatan belajar mengajar bisa dilaksanakan dengan cara apapun,
darimanapun, untuk mendapatkan nilai-nilai Pengajaran yang baik. Seorang guru
pun perlu diingatkan oleh siswanya jika memang itu diperlukan dan menambah
nilai positif dalam pembelajaran dan pengalaman hidup.
e. Saat membalas surat anaknya, sang ibu tidak lagi memaksakan, namun malah membebaskan pilihan anaknya (Alif) namun disertakan pesan moral kalimat yang memang dapat diperhitungkan untuk melakukan Keputusan. Jadi tidak hanya memaksakan kehendanya saja atau malah memberikan kalimat yang membuat mental anak semakin terpuruk dan bingung. Dan belajar itu mau dimana asalkan dengan kesungguhan karena bukan tempat yang utama tapi kesungguhan yang ada dihati.
4.
Nilai yang dapat
saya ambil sebagai guru
a.
Guru di rumah
Menjadi ibu yang bijak, pintar dan sabar itu
adalah modal utama untuk mendidik seorang anak
b.
Guru di
sekolah/pesantren
Mentaati peraturan yang ada memang harus karena
kita memiliki tujuan yang sama dalam kurikulum yang sudah disusun dalam suatu
Lembaga, namun dalam pengembangannya jangan hanya terpaku disitu saja. Mengajar
harus memiliki ide-ide kreatif, inovatif dan pengorbanan. Untuk menjadikan
peserta didik kita dapat mengembangkan minat dan bakat mereka.
5.
Tindakan saya saat
menghadapi permasalahan yang sama
a. Melihat Pendidikan agama khusus nya pesantren dikenal untuk memperbaiki anak-anak yang nakal itu Sebagian betul karena disiplin di pesantren dari dulu samapai sekarang tidak luntur, jadi saya akan mengenalkan kehidupan diluar pondok dan di dalam pondok dan memberikan contoh perbandinannya namun semua dalam hal positif
b. Memberikan kebebasan anak mengambil Keputusan sejak dini, dan memberikan kepercayaan anak sejak dia kecil maka anak akan terbiasa untuk meilih menentukan Keputusan, namun semua itu harus disertakan dengan perjanjian, syarat dan bimbingan dari orang tua.
c. Mengajak semua santri berpartisipasi mengumpulkan donasi untuk perbaikan fasilitas pondok untuk kepentingan dan kebutuhan Bersama.
d. Memanfaatkan fasilitas yang ada untuk melaksanakn pembelajaran, jika fasilitas tidak memadai bisa mengadakan perlombaan dengan mengundang olahragawan yang memang sangat berpengarah untuk memotifasi santri.
e. Membebaskan anak dalam memilih menentukan Keputusan tanpa memberikan tuntutan atau memberatkan sebelah pihak dengan pesan yang memang anak dapat memahami bahwa apa yang dia putuskan semua itu haruslah berdampak baik untuk masa depannya sendiri.
6.
Pembelajaran yang dapat di peroleh
a. Bukan yang paling tajam tapi yang paling bersungguh-sungguh yang akan berhasil dan menuai hasil baik “Man jadda wajadda”.
b. Orang besar itu ialah mereka yang ikhlas mengajarkan ilmunya dimana pun mereka berada.
c. Yang membuat para jurnalis itu hebat adalah bisa mengubah dunia hanya dengan kata-kata.
d. Jika kita siap dibimbing itu artinya kita juga harus siap memimpin.
e. Perempuan jangan dijadikan bahan taruhan, jika kau melakukan nya hanya kerugian yang kau dapatkan.
f. Apa kunci manusia mendapatkan ilmu ? “Niat karena Alloh SWT”.
dan apa penghalang manusia mendapatkan ilmu? “tidak mengamalkan ilmu”
g. Menghargai, menyayangi dan menyemangati dalam pertemanan itu harus selalu dilakukan untuk kebaikan semua.
Senin, 27 November 2023
TUGAS PSIKOLOGI PENDIDIKAN 28 NOV 2023
PENGUKURAN DAN PENILAIAN BELAJAR
A. Pengertian Pengukuran Dan Penilaian
Banyak yang
belum memahami dari pengertian pengukuran dan penilaian, menurut Sutrisno
(1997)
Pengukuran suatu
Tindakan untuk mengidentifikasikan besar kecilnya gejala.
Menurut Rammers
dkk (1960) suatu kegiatan atau proses untuk menetapkan dengan pasti luas,
dimensi dan kwantitas sesuatu dengan cara membandingkan ukuran tertentu. Ada yang
pengukuran sebagai usaha mengetahui keadaan sesuatu sebagaimana adanya. Berupa pengumpulan
data tentang sesuatu, hasil pengukuran berupa angka atau uraian yang
menggambarkan derajat kualitas, kuantitas, dan eksistensipengukuran belum dapat
mengatakan apa-apa kalau hasil pengukuran tersebut tidak ditafsirkan dengan
patokan atau norma tertentu.
Pengukuran hasil
belajar dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah laku siswa
setelah proses belajar yang dilakukan menggunakan tes sebagai alat pengukur. Hasil
pengukuran angka ataupun pernyataan, penguasaan materi Pelajaran lebih dikenal
prestasi belajar.
Contoh : kemampuan
belajar siswa tentang matematika dipergunakan tes matematika, hasil yang diperoleh
pengukuran skor.
Penilaian adalah
suatu Tindakan memberikan interprestasi terhadap hasil pengukuran dengan
menggunakan norma. Semua usaha membandingkan hasil pengukuran suatu bahan
patokan atau norma.
Norma ada
dua macam yaitu norma abstrak dan konkrit. Norma abstrak hanya ada pada benak
di penilai, tidak dapat diketahui oleh orang lain. Norma konkrit nyata yang
dapat diamati oleh orang lain dipergunakan oleh orang lain pula. Norma konkrit
ada dua yaitu ideal dan kelompok.
Dalam Pendidikan
mengetahui tingkat kemampuan bagi siswa data dipergunakan :
1. Angka atau
sekor
2. Batas penguasaan
kompetensi
3. Prestasi
4. Kemampuan dasar
Kaitannya strategi
dan proses belajar mengajar norma yang dipergunakan dalam penilaian diturunkan
dari tujuan tujuan pengajaran yang ingin dicapai. Norma dikenal dengan Penilaian
Acuan Norma ( Norm Reference Evaluation) dan Penilaian Acuan Patokan (Criterion
Reference Evaluation).
1. Penilaian Acuan
Norma (PAN)
Penilain Acuan
Norma, acuan relative atau acuan kelompok dilakukan dengan membandingkan hasil
belajar seorang siswa terhadap siswa lainnya.
Kenyataan dalam
kurve normal dipakai membandingkan menafsirkan angka diperoleh masing-masing
siswa angka rerata (mean), angka simpang baku (standard deviation) bersifat relative
berubah-ubah. Patokan ini disebut penilaian acuan relative atau acuan kelompok.
Pembanding kepada hasil oleh kelompok dijadikan sasaran.
2. Penilaian
Acuan Patokan (PAP)
Penilaian dilakukan
dengan membandingkan hasil belajar siswa terhadap patokan yang ditetapkan. Patokan
batas lulus atau tingkat penguasaan minimum.
B. Fungsi
Evaluasi
Menurut Suryabrata
1986
1. Fungsi psikologis,
siswa memperoleh kepastian status dikelasnya
2. Fungsi didaktis,
keberhasilan atau kegagalan berpengaruh pada usaha-usaha berikutnya
3. Fungsi Administratif,
penilaian dalam bentuk rapor akan dipenuhi fungsi administrative.
a. Merupakan inti
laporan
b. Merupakan data
bagi siswa
c. Menentukan status
anak
d. Memberikan informasi
hasil usaha yang dilakukan
Menurut
Wuradji 1974
1. Fungsi evaluasi
untuk murid :
a. Mengetahui kemajuan
belajar
b. Dipergunakan sebagai
motivasi
c. Memberikan
pengalaman dalam belajar
2. Fungsii evaluasi
untuk pendidik:
a. Untuk menyeleksi
murid
b. Menngetahui kesulitan
belajar murid
c. Pedoman mengajar
d. Mengetahui ketepatan metode mengajar
e. Menempatkan
murid adalm kelas
3. Fungsi evaluasi
untuk organisasi atau Lembaga Pendidikan
a. Mempertahankan standar
Pendidikan
b. Ketepatan kurikulum
c. Kemajuan sekolah
Menurut Thorndike
dan Hagen 1961
Tujuan dan
keguanaan penilaian diarahkan menyangkut :
1. Pengajaran
2. Hasil belajar
3. Diagnosis dan
usaha perbaikan
4. Penempatan
5. Seleksi
6. Bimbingan konseling
7. Kurikulum
8. Penilaian kelembagaan
C. Sifat
Evaluasi
1. Tidak langsung
(indirect) : menggunakan instrument yang tepat sesuai dengan tujuan menggunakan
alat yang relevan
2. Kuantitatif :
misalnya IQ = 100, kemampuan matematika diskor 8, Bahasa 7, sdb. Hal-hal yang abstrak
tersebut selalu dikuantitatifkan.
3. Relative (tidak
mutlak) : mengadakan penilain tidak slalu sama
4. Menggunkan unit
– unit yang tetap : mengukur sesuatu obyek selalu menggunakan sesuai dengan
obyek yang diukur
D. Prinsip-Prinsip
Evaluasi
1. Evaluasi harus
dilaksanakan secara kontinyu, keseluruhan proses Pendidikan meliputi :
a. Evaluasi formatif
: dilakukan selama daalm perkembangan dan proses Pendidikan
b. Evaluasi sumatif
: dilakukan pada akhir pelaksanaan proses Pendidikan
2. Evaluasi dilaksanakan
komprehensif, mampu memahami keseluruhan aspek pola tingkah laku yang
diharapkan sesuai dengan tujuan Pendidikan
3. Evaluasi harus
dilaksanakan secara obyektif, proses penilain hanya pada aspek yang dinilai
dengan keadaan
4. Evaluasi harus
menggunakan alat pengukur yang baik, evaluasi dilaksanakan obyektif informasi
atau bahan yang relevan, diperlukan alat pengukur instrument yang dapat
dipertanggungjawabkan : validasi, reliabilitas, daya pembeda.
a. Alat pengukur harus
valid, kadar ketelitian alat ukur untuk dapat menggambarkan keadaan aspek
dengan tepat dan teliti.
Problem validasi :
kejituan atau ketepatan ( kejituan alat pengukur dapat mengerjakan dengan
tepat).
Problem ketelitian : cermat
menunjukkan ukuran besar kecilnya gejala yang diukur.
b. Alat pengukur
harus reliabel, alat pengukur berdasarkan jauh suatu alat dapat menunjukkan
kstabilan, kekonstanan keajegan hasil pengukuran.
c. Alat pengukur
harus memiliki daya pembeda, mampu membedakan keadaan aspek yang diukur.
Alat pengukur
harus komprehensif, obyektif, terstandar dan praktis.
E. Alat Evaluasi
Untuk dapat
mengevaluasi dengan baik harus pengukuran dengan baik pula, alat untuk
mengevaluasi kegiatan Pendidikan berupa tes dna non-tes.
Ciri-ciri
terstandar :
1. Individu yang
dites akan memberikan jawaban
2. Individu mendapat
perintah yang sama dan jelas
3. Koding hasil
tes harus dibuat seragam
4. Waktu harus
seragam
Apabila yang
digunakan sebagai yang dievaluasi tidak dihadapkan kepada situasi standar yang
diatur dan dikendalikan sesuai tujuan, non-tes berjalan seperti adanyatanpa
dipengaruhi tester.
Kegiatan Pendidikan
dapat dievaluasi non-tes tentang kajian, kelancaran bebicara dimuka umum, aktivitas
dalam diskusi, dsb. Alat digunakan untuk mengevaluasi antara lain pedoman
wawancara, observasi, dokumentasi, angket, dsb. Keterangan khusus alat evaluasi
:
a. Tes
b. Performance test
c. Verbal test
d. Nonverbal tes
e. Esay tes
f.
Objektiv tes (short answer, complication)
g. Selection tes
(true-false, multiple choice, matching, analog, rearrangemen).
-
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kualitas organisasi atau lembaga biasanya dilihat dari kuantitas dan kulitas produk yang...