K.H. Ahmad Dahlan merupakan salah satu tokoh yang mempunyai
perhatian besar dalam pendidikan, adapun pendidikan yang digagas berlandasakan
pendidikan Islam. Pendidikan Islam merupakan salah satu ilmu dalam pendidikan
yang mempunyai peran yang sangat penting. Dalam pendidikan Islam terdapat ruang
lingkup yang dipengaruhi dari berbagai pandangan-pandangan tokoh pendidikan,
sehingga menjadi teori-teori yang dapat dijadikan landasan dalam pendidikan. Konsep
pendidikan menurut K.H. Ahmad Dahlan bahwa tujuan pendidikan berupa pembentukan
kepribadian serta menjadi manusia unggul. Pendidik bagi K.H. Ahmad Dahlan harus
bisa memberi contoh kepada peserta didik.
Peserta didik harus mempunyai ilmu yang dapat diamalkan
dalam kehidupan sehari hari serta memiliki kemampuan.
Kurikulum pendidikan K.H. Ahmad Dahlan bersumber dari
al-Quran dan Hadis, Materi Pendidikan meliputi pengajaran Al-Quran dan Hadits,
membaca, menulis, menghitung, ilmu bumi.
Materi Al-Quran dan Hadits seperti ibadah, persamaan
derajat, Akidah, Akhlak. Metode pendidikan
yang dilakukan berupa metode sorogan, bandongan dan wetonan menjadi bentuk
madrasah atau sekolah dengan menerapkan metode belajar secara klasikal.
K.H Ahmad Dahlan tidak menggamblangkan bentuk evaluasi, akan
tetapi dari materi yang didapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan
lingkungan K.H. Ahmad Dahlan tentunya di kelilingi dengan lingkungan keluarga
serta tempat tinggal yang sangat religious, sehingga wajar bila proses pendidikan
K.H. Ahmad Dahlan sangat dipengaruhi keluarganya, lingkungan tempat tinggalnya
dan pesantren. Dari komponen pendidikan K.H. Ahmad Dahlan tidak jauh berbeda
dengan tokoh yang lain meskipun ada yang berbeda.
Konsep pendidikan islam menurut KH. Ahmad Dahlan adalah Pendidikan
yang mampu mengintegrasikan ilmu pengetahuan umum dengan agama, menjaga keseimbangan,
bercorak intelektual, moral dan religius. Menurut K.H. Ahmad Dahlan, pendidikan
Islam harus fokus dalam mengembangkan umat Islam yang berbudi luhur, religius,
berwawasan luas, sadar akan isu-isu ilmiah sekuler, dan berkemauan berjuang
untuk kemajuan sosial.
Tujuan pendidikannya adalah untuk memperbaharui tujuan
pendidikan yang saling bertentangan saat itu, yaitu pendidikan pesantren dan
sekolah Belanda. Di satu sisi, pendidikan pesantren hanya untuk membina
orang-orang yang bertaqwa dan mendalami ilmu agama. Sebaliknya, model sekolah
Belanda adalah pendidikan sekuler yang tidak mengajarkan agama sama sekali.
Akibat dualitas pendidikan, ada dua kutub intelektual:
petani lulusan yang menguasai agama tetapi tidak menguasai
ilmu umum dan sekolah-sekolah Belanda yang menguasai ilmu umum tetapi tidak
menguasai ilmu agama.
Bagi K.H. Ahmad Dahlan, kedua hal ini (agama umum, material
spiritual, dan dunia) tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu K.H. Ahmad Dahlan
mengajar kursus agama dalam upaya untuk menantang praktik pendidikan Islam pada
masanya.
Pada saat itu, penyelenggaraan Pendidikan hanya dipahami
sebagai proses pewarisan adat dan sosialisasi perilaku individu
dan sosial, yang telah menjadi model standar masyarakat.
Pendidikan tidak memberikan kebebasan
kepada siswa untuk berkreasi dan berinisiatif. Keadaan ini mengakibatkan
pelaksanaan pendidikan berjalan satu arah, tidak bersifat
dialogis. Menurut K.H Ahmad Dahlan, strategi peserta didik untuk mencapai
pengetahuan tertinggi dan batasan ini terlihat bahwa dahlan ingin meletakkan
visi dasar bagi reformasi pendidikan islam dalam penggabungan sistem pendidikan modern dan
tradisional secara harmonis dan integral.
Hal yang sama diungkapkan oleh Abdul Mu’ti dalam tulisannya
yang berjudul “Kurikulum Qu’ani” yaitu: “Muhammadiyah mengembangkan metode
pembelajaran dialogis dan pendekatan rasional dalam pembelajaran agama”. Hal
ini sesuai dengan ciri sebagai gerakan modern, yaitu semangat dalam membangun
tatanan sosial masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Untuk mencapai hal
tersebut, proses Pendidikan Islam harus mengakomodasi berbagai ilmu pengetahun,
baik umum maupun agama, untuk meningkatkan inteektualitas dan meningkatkan
spiritualitas siswa. Upaya ini akan terwujud ketika proses Pendidikan menjadi
bagian dari proses pendidikan, yang pada gilirannya akan mampu mengembangkan “Intelektualisasi
Ulama” alumni sekaligus ilmu umum di pesantren. Berdasarkan hasil penelitian
dapat diberi kesimpulan bahwa tujuan Pendidikan Islam menurut K.H Ahmad Dahlan
adalah sebagai berikut:
Pendidikan Islam harus menitikberatkan pada pembinaan umat
Islam yang berbudi luhur, religius, berwawasan luas, memahami isu-isu ilmiah
sekuler, dan mau berjuang untuk kemajuan sosial.
Tujuan pendidikan yang sempurna adalah untuk menghasilkan
orang-orang yang memiliki pemahaman yang lengkap tentang agama, pengetahuan
umum, materi dan
spiritual, dan tentang dunia dan akhirat,
Mempertajam intelektualitas dan meningkatkan spiritualitas.
Dalam menampilkan informasi tentang Islam secara keseluruhan
dan membaca Al-Qur'an, K.H. Ahmad Dahlan menerapkan strategi pengajaran yang disesuaikan
dengan kemampuan siswa sehingga dapat menarik pertimbangan siswa untuk
mencarinya. Beberapa siswa merasa bahwa kesempatan
ideal untuk ilustrasi Islami pada Sabtu sore tidak cukup. Sehingga banyak siswa,
termasuk siswa yang bukan Muslim, datang ke rumah K.H. Ahmad Dahlan berada yang
di Kauman pada hari Ahad untuk mencari klarifikasi tentang beberapa hal atau
memimpin percakapan lebih lanjut tentang berbagai masalah yang berhubungan
dengan Islam., K.H. Ahmad Dahlan menerapkan metode pengajaran yang umumnya
masuk akal dalam strategi dan mudah diwujudkan oleh jama’ahnya. Seperti ketika
memberikan pengajian di masjid, berulang kali beliau mengupas surat Al-Ma'un
saja. Dimintanya perhatian para hadirin bagaimana melaksanakan ayat- ayat tu.
Meski semua telah hafal, namun belum tentu mengamalkannya.
Oleh karena itu, strategi yang dilakukan K.H Ahmad Dahlan
tidak hanya menonjolkan pandangan teoritis tetapi juga memberikan pertimbangan
yang luar biasa pada hal-hal pragmatis. Selanjutnya materi yang disampaikan dalam
mendidik dan mengajar tidak hanya didapat begitu saja, tetapi juga dihayati dan
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan
bahwa metode pendidikan Islam menurut K.H Ahmad Dahlan adalah sebagai berikut:
Menyesuaikan dengan kemampuan siswa sehingga dapat menarik pertimbangan
siswa untuk mengejarnya.
Memanfaatkan Teknik hiwar/pengulangan
Keseimbangan dan proporsionalitas antara teori dan praktis
Sosiologi/ilmu-ilmu social Dalam bukunya yang berjudul K.H. Ahmad
Dahlan Sang Pencerah.
Pendidik dan Pendiri Muhammadiyah tertulis: “Menurut K.H.
Ahmad Dahlan, pelaksanaan pendidikan hendaknya didasarkan pada landasan yang
kokoh yaitu Al-Qur’an dan Sunnah. Landasan ini merupakan kerangka filosofis
untuk merumuskan konsep dan tujuan ideal
pendidikan Islam, baik secara vertical (khaliq) maupun
horizontal (makhluk). Dalam Islam paling tidak ada dua sisi tugas penciptaan
manusia, yaitu ‘abd Allah (hamba Allah) dan khalifah fi al- ardh (wakil Allah
di bumi)” . Untuk mewujudkan konsep tersebut, bahan ajar K.H Ahmad Dahlan
mengajarkan Alquran, hadits, membaca, menulis, berhitung, ilmu bumi, dan
menggambar.
Materi Al-Qur'an dan Hadis meliputi ibadah, persamaan,
fungsi perilaku manusia dalam menentukan nasib, penyuluhan, pembuktian
keabsahan Al-Qur'an dan Hadis
karena akal, kerjasama agama dan budaya, kemajuan dan
perubahan peradaban. keinginan dan kehendak, demokrasi dan pembebasan,
kebebasan berpikir, dinamika kehidupan dan peran manusia di dalamnya, moralitas
(kepribadian). Oleh karena itu, muatan kurikulum
sekolah Muhammadiyah memiliki dua aspek, yaitu muatan
kurikulum umum dan muatan kurikulum agama. Tentang Kurikulum K.H. Ahmad Dahlan
juga mempelopori pendidikan agama Islam sebagai ekstrakurikuler di sekolah
Gubernur (pemerintah). Setelah Indonesia merdeka pemikiran K.H Ahmad Dahlan
tentang konsep kurikulum pendidikan Islam tersebut
sebagian diadopsi dalam Pendidikan Nasional. Pada masa orde
lama, pemerintah tetap mempertahankan pendidikan ala Belanda. Sekolah
Pemerintah tidak mengajarkan pendidikan agama sebagai pelajaran wajib.
Pendidikan agama merupakan studi pilihan yang dapat diberikan
sesuai persetujuan orang tua. Lembaga pendidikan Islam tetap tidak mengajarkan
sains modern, perubahan signifikan terjadi pada orde baru. Berdasarkan
pengalaman politik dan visi pembangunan bangsa, pemerintah orde baru telah
mengembangkan kebijakan yang
sangat penting. Pendidikan agama merupakan mata pelajaran
yang esensial pada semua jenjang dan jenis pendidikan. Siswa sekolah umum perlu
mendapatkan bimbingan agama yang sesuai dengan keyakinannya. Selain itu, pemerintah
mulai mengembangkan sistem
pendidikan madrasah yang mengajarkan ilmu agama dan ilmu
pengetahuan alam. Sejak diberlakukannya Surat Keputusan tiga Menteri, Komposisi
studi sains (pelajaran non agama) justru lebih banyak di bandingkan dengan
studi agama. Muhammadiyah memiliki dua aspek
yang berbeda. Di satu sisi cita-cita Muhammadiyah tentang
kemanusiaan dan masyarakat sudah mulai tercapai. Benih-benih yang ditabur
Muhammadiyah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bernegara. Di sisi lain,
formasi “kesatuan” era orde baru menyebabkan hilangnya ciri khas dan identitas Pendidikan
Muhammadiyah. Bagaimana membedakan sekolah dan madrasah Muhammadiyah dengan sekolah
lain? Jawaban yang seringkali
muncul adalah bahwa Muhammadiyah memiliki penelitian tentang
Al Islam dan Kemuhammadiyah. Untuk itu,
kedua mata pelajaran ini secara implisit disebut sebagai
“ciri khusus” yang menjadi ciri Pendidikan Muhammadiyah. Adapun
penjelasan mengenai
penelitian diatas tentang konsep kurikulum pendidikan islam
menurut K.H. Ahmad Dahlan antara lain adalah sebagai berikut: Al-Qur’an,
Hadits, Akhlaq (budi pekerti), dan Ilmu-ilmu Sosial.
Dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan menurut K.H. Ahmad
Dahlan yaitu
menjelaskan bahwa tujuan Pendidikan yaitu untuk pembentukan
kepribadian serta menjadi manusia yang unggul. Konsep pendidikan menurut K.H. Ahmad
Dahlan pun harus memberikan contoh kepada peserta didik. Karena peserta didik
harus memiliki ilmu yang
dapat diamalkan dalam kehidupan sehari- harinya.
Subjects: |
|
Divisions: |
Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan > Program Studi Pendidikan Agama Islam |
https://etheses.uinsgd.ac.id/id/eprint/1132
Copyright © 2022 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN
2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Diakses 17/06/2023, 19:52