Sabtu, 24 Juni 2023

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H. AHMAD DAHLAN

 


K.H. Ahmad Dahlan merupakan salah satu tokoh yang mempunyai perhatian besar dalam pendidikan, adapun pendidikan yang digagas berlandasakan pendidikan Islam. Pendidikan Islam merupakan salah satu ilmu dalam pendidikan yang mempunyai peran yang sangat penting. Dalam pendidikan Islam terdapat ruang lingkup yang dipengaruhi dari berbagai pandangan-pandangan tokoh pendidikan, sehingga menjadi teori-teori yang dapat dijadikan landasan dalam pendidikan. Konsep pendidikan menurut K.H. Ahmad Dahlan bahwa tujuan pendidikan berupa pembentukan kepribadian serta menjadi manusia unggul. Pendidik bagi K.H. Ahmad Dahlan harus bisa memberi contoh kepada peserta didik.

Peserta didik harus mempunyai ilmu yang dapat diamalkan dalam kehidupan sehari hari serta memiliki kemampuan.

 

Kurikulum pendidikan K.H. Ahmad Dahlan bersumber dari al-Quran dan Hadis, Materi Pendidikan meliputi pengajaran Al-Quran dan Hadits, membaca, menulis, menghitung, ilmu bumi.

Materi Al-Quran dan Hadits seperti ibadah, persamaan derajat, Akidah, Akhlak. Metode  pendidikan yang dilakukan berupa metode sorogan, bandongan dan wetonan menjadi bentuk madrasah atau sekolah dengan menerapkan metode belajar secara klasikal.

K.H Ahmad Dahlan tidak menggamblangkan bentuk evaluasi, akan tetapi dari materi yang didapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan lingkungan K.H. Ahmad Dahlan tentunya di kelilingi dengan lingkungan keluarga serta tempat tinggal yang sangat religious, sehingga wajar bila proses pendidikan K.H. Ahmad Dahlan sangat dipengaruhi keluarganya, lingkungan tempat tinggalnya dan pesantren. Dari komponen pendidikan K.H. Ahmad Dahlan tidak jauh berbeda dengan tokoh yang lain meskipun ada yang berbeda.

 

Konsep pendidikan islam menurut KH. Ahmad Dahlan adalah Pendidikan yang mampu mengintegrasikan ilmu pengetahuan umum dengan agama, menjaga keseimbangan, bercorak intelektual, moral dan religius. Menurut K.H. Ahmad Dahlan, pendidikan Islam harus fokus dalam mengembangkan umat Islam yang berbudi luhur, religius, berwawasan luas, sadar akan isu-isu ilmiah sekuler, dan berkemauan berjuang untuk kemajuan sosial.

Tujuan pendidikannya adalah untuk memperbaharui tujuan pendidikan yang saling bertentangan saat itu, yaitu pendidikan pesantren dan sekolah Belanda. Di satu sisi, pendidikan pesantren hanya untuk membina orang-orang yang bertaqwa dan mendalami ilmu agama. Sebaliknya, model sekolah Belanda adalah pendidikan sekuler yang tidak mengajarkan agama sama sekali. Akibat dualitas pendidikan, ada dua kutub intelektual:

petani lulusan yang menguasai agama tetapi tidak menguasai ilmu umum dan sekolah-sekolah Belanda yang menguasai ilmu umum tetapi tidak menguasai ilmu agama.

Bagi K.H. Ahmad Dahlan, kedua hal ini (agama umum, material spiritual, dan dunia) tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu K.H. Ahmad Dahlan mengajar kursus agama dalam upaya untuk menantang praktik pendidikan Islam pada masanya.

 

Pada saat itu, penyelenggaraan Pendidikan hanya dipahami sebagai proses pewarisan adat dan sosialisasi perilaku individu

dan sosial, yang telah menjadi model standar masyarakat. Pendidikan tidak memberikan  kebebasan kepada siswa untuk berkreasi dan berinisiatif. Keadaan ini mengakibatkan

 

pelaksanaan pendidikan berjalan satu arah, tidak bersifat dialogis. Menurut K.H Ahmad Dahlan, strategi peserta didik untuk mencapai pengetahuan tertinggi dan batasan ini terlihat bahwa dahlan ingin meletakkan visi dasar bagi reformasi pendidikan islam dalam  penggabungan sistem pendidikan modern dan tradisional secara harmonis dan integral.

 

Hal yang sama diungkapkan oleh Abdul Mu’ti dalam tulisannya yang berjudul “Kurikulum Qu’ani” yaitu: “Muhammadiyah mengembangkan metode pembelajaran dialogis dan pendekatan rasional dalam pembelajaran agama”. Hal ini sesuai dengan ciri sebagai gerakan modern, yaitu semangat dalam membangun tatanan sosial masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Untuk mencapai hal tersebut, proses Pendidikan Islam harus mengakomodasi berbagai ilmu pengetahun, baik umum maupun agama, untuk meningkatkan inteektualitas dan meningkatkan spiritualitas siswa. Upaya ini akan terwujud ketika proses Pendidikan menjadi bagian dari proses pendidikan, yang pada gilirannya akan mampu mengembangkan “Intelektualisasi Ulama” alumni sekaligus ilmu umum di pesantren. Berdasarkan hasil penelitian dapat diberi kesimpulan bahwa tujuan Pendidikan Islam menurut K.H Ahmad Dahlan adalah sebagai berikut:

 

Pendidikan Islam harus menitikberatkan pada pembinaan umat Islam yang berbudi luhur, religius, berwawasan luas, memahami isu-isu ilmiah sekuler, dan mau berjuang untuk kemajuan sosial.

Tujuan pendidikan yang sempurna adalah untuk menghasilkan orang-orang yang memiliki pemahaman yang lengkap tentang agama, pengetahuan umum, materi dan

spiritual, dan tentang dunia dan akhirat,

Mempertajam intelektualitas dan meningkatkan spiritualitas.

 

Dalam menampilkan informasi tentang Islam secara keseluruhan dan membaca Al-Qur'an, K.H. Ahmad Dahlan menerapkan strategi pengajaran yang disesuaikan dengan kemampuan siswa sehingga dapat menarik pertimbangan siswa untuk mencarinya.  Beberapa siswa merasa bahwa kesempatan ideal untuk ilustrasi Islami pada Sabtu sore tidak cukup. Sehingga banyak siswa, termasuk siswa yang bukan Muslim, datang ke rumah K.H. Ahmad Dahlan berada yang di Kauman pada hari Ahad untuk mencari klarifikasi tentang beberapa hal atau memimpin percakapan lebih lanjut tentang berbagai masalah yang berhubungan dengan Islam., K.H. Ahmad Dahlan menerapkan metode pengajaran yang umumnya masuk akal dalam strategi dan mudah diwujudkan oleh jama’ahnya. Seperti ketika memberikan pengajian di masjid, berulang kali beliau mengupas surat Al-Ma'un saja. Dimintanya perhatian para hadirin bagaimana melaksanakan ayat- ayat tu. Meski semua telah hafal, namun belum tentu mengamalkannya.

 

Oleh karena itu, strategi yang dilakukan K.H Ahmad Dahlan tidak hanya menonjolkan pandangan teoritis tetapi juga memberikan pertimbangan yang luar biasa pada hal-hal pragmatis. Selanjutnya materi yang disampaikan dalam mendidik dan mengajar tidak hanya didapat begitu saja, tetapi juga dihayati dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

 

 

Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa metode pendidikan Islam menurut K.H Ahmad Dahlan adalah sebagai berikut:

 

Menyesuaikan dengan kemampuan siswa sehingga dapat menarik pertimbangan

siswa untuk mengejarnya.

Memanfaatkan Teknik hiwar/pengulangan

Keseimbangan dan proporsionalitas antara teori dan praktis

Sosiologi/ilmu-ilmu social Dalam bukunya yang berjudul K.H. Ahmad Dahlan Sang Pencerah.

 

Pendidik dan Pendiri Muhammadiyah tertulis: “Menurut K.H. Ahmad Dahlan, pelaksanaan pendidikan hendaknya didasarkan pada landasan yang kokoh yaitu Al-Qur’an dan Sunnah. Landasan ini merupakan kerangka filosofis untuk merumuskan konsep dan tujuan ideal

pendidikan Islam, baik secara vertical (khaliq) maupun horizontal (makhluk). Dalam Islam paling tidak ada dua sisi tugas penciptaan manusia, yaitu ‘abd Allah (hamba Allah) dan khalifah fi al- ardh (wakil Allah di bumi)” . Untuk mewujudkan konsep tersebut, bahan ajar K.H Ahmad Dahlan mengajarkan Alquran, hadits, membaca, menulis, berhitung, ilmu bumi, dan menggambar.

 

Materi Al-Qur'an dan Hadis meliputi ibadah, persamaan, fungsi perilaku manusia dalam menentukan nasib, penyuluhan, pembuktian keabsahan Al-Qur'an dan Hadis

karena akal, kerjasama agama dan budaya, kemajuan dan perubahan peradaban. keinginan dan kehendak, demokrasi dan pembebasan, kebebasan berpikir, dinamika kehidupan dan peran manusia di dalamnya, moralitas (kepribadian). Oleh karena itu, muatan kurikulum

sekolah Muhammadiyah memiliki dua aspek, yaitu muatan kurikulum umum dan muatan kurikulum agama. Tentang Kurikulum K.H. Ahmad Dahlan juga mempelopori pendidikan agama Islam sebagai ekstrakurikuler di sekolah Gubernur (pemerintah). Setelah Indonesia merdeka pemikiran K.H Ahmad Dahlan tentang konsep kurikulum pendidikan Islam tersebut

sebagian diadopsi dalam Pendidikan Nasional. Pada masa orde lama, pemerintah tetap mempertahankan pendidikan ala Belanda. Sekolah Pemerintah tidak mengajarkan pendidikan agama sebagai pelajaran wajib.

 

Pendidikan agama merupakan studi pilihan yang dapat diberikan sesuai persetujuan orang tua. Lembaga pendidikan Islam tetap tidak mengajarkan sains modern, perubahan signifikan terjadi pada orde baru. Berdasarkan pengalaman politik dan visi pembangunan bangsa, pemerintah orde baru telah mengembangkan kebijakan yang

sangat penting. Pendidikan agama merupakan mata pelajaran yang esensial pada semua jenjang dan jenis pendidikan. Siswa sekolah umum perlu mendapatkan bimbingan agama yang sesuai dengan keyakinannya. Selain itu, pemerintah mulai mengembangkan sistem

pendidikan madrasah yang mengajarkan ilmu agama dan ilmu pengetahuan alam. Sejak diberlakukannya Surat Keputusan tiga Menteri, Komposisi studi sains (pelajaran non agama) justru lebih banyak di bandingkan dengan studi agama. Muhammadiyah memiliki dua aspek

 

 

yang berbeda. Di satu sisi cita-cita Muhammadiyah tentang kemanusiaan dan masyarakat sudah mulai tercapai. Benih-benih yang ditabur Muhammadiyah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bernegara. Di sisi lain, formasi “kesatuan” era orde baru menyebabkan hilangnya ciri khas dan identitas Pendidikan Muhammadiyah. Bagaimana membedakan sekolah dan madrasah Muhammadiyah dengan sekolah lain? Jawaban yang seringkali

muncul adalah bahwa Muhammadiyah memiliki penelitian tentang Al Islam dan  Kemuhammadiyah. Untuk itu, kedua mata pelajaran ini secara implisit disebut sebagai

“ciri khusus” yang menjadi ciri Pendidikan Muhammadiyah. Adapun penjelasan mengenai

penelitian diatas tentang konsep kurikulum pendidikan islam menurut K.H. Ahmad Dahlan antara lain adalah sebagai berikut: Al-Qur’an, Hadits, Akhlaq (budi pekerti), dan Ilmu-ilmu Sosial.

 

Dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan menurut K.H. Ahmad Dahlan yaitu

menjelaskan bahwa tujuan Pendidikan yaitu untuk pembentukan kepribadian serta menjadi manusia yang unggul. Konsep pendidikan menurut K.H. Ahmad Dahlan pun harus memberikan contoh kepada peserta didik. Karena peserta didik harus memiliki ilmu yang

dapat diamalkan dalam kehidupan sehari- harinya.


Subjects:

Institusi Pendidikan, Sekolah dan Aktifitasnya

Divisions:

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan > Program Studi Pendidikan Agama Islam

                     https://etheses.uinsgd.ac.id/id/eprint/1132

Copyright © 2022 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)

Diakses 17/06/2023, 19:52


TUGAS PSIKOLOG PENDIDIKAN SEMSESTER 3

  1.     SINOPSIS FILM NEGERI 5 MENARA Film di adaptasi dari novel karya A. Fuadi tayang di  Netflix  mulai 14 Juli 2022. Film ini tayang...